Rosita sempat mengaku, kalau uang yang disetor untuk ditabung tidak diberikan oleh wali kelas. Hal itulah yang mengakibatkan dirinya panik, karena orang tuanya terus meminta hasil uang ditabung.
"Iya itu, gurunya tak memberikan. Katanya tidak ada tabungan, dengan jumlah sampai Rp 42 juta seperti yang kami miliki dalam catatan," jelas Wijiyati.
Wijiyati, ibunda Rosita menerangkan, awal uang tabungan mulai disetor ke wali kelas pada 24 September 2016 sebesar Rp 20 juta. Nilainya memang cukup besar, tapi Wijiyati bersama Suryono punya alasan, kenapa uang itu ditabungkan ke sekolah.
"Kami pikir nanti saat lulus bisa diambil. Untuk Rosita masuk SMA, dan kebutuhan lebaran. Kami percaya saja, karena ditabung di sekolah," terang Wijiyati.
Selama duduk di bangku kelas 9, Rosita telah berulangkali menyetor uang tabungan, uangnya berasal dari kedua orang tuanya. Hingga jumlahnya mencapai Rp 42,7 juta, uang sebesar itu diyakini telah ditabung karena keluarga Rosita memiliki catatan.
"Semua yang menabung Rosita dan kami selalu mencatat. Tetapi ketika mau diambil, katanya tidak ada. Aneh, karena ketika waktu bayar SPP, wali kelas selalu menawari untuk dipotong dari uang tabungan," jelas ibu dua anak ini.
Wijiyati sangat menyesalkan sikap dari wali kelas yang tidak mengakui, bila putrinya pernah menabung. Padahal, uang tabungan langsung diberikan kepada wali kelas.
"Aneh, setor ke wali kelas. Tapi tak diakui, kami kesal," sesal Wijiyati.
Pertemuan untuk menyelesaikan masalah itu sempat digelar pihak sekolah, namun justru semakin menambah kejengkelan keluarga Rosita. Karena, wali kelas tetap saja membantah, pernah menerima uang tabungan Rosita.
"Percuma ada pertemuan, uang kami tidak diakui," ujar Wijiyati.
Keluarga Rosita enggan membawa perkara ini ke jalur hukum. Menurut mereka, penyelesaian dengan cara begitu, tidak akan mengembalikan uang tabungan Rosita.
"Kami hanya ingin uang itu diberikan. Daripada lapor ke polisi, sampai bapaknya menantang untuk sumpah pocong," tegas Wijiyati.
Sampai kapanpun, lanjut dia, akan terus berupaya menagih uang tabungan itu. Apalagi, dirinya sangat membutuhkan uang, untuk sekolah Rosita ke jenjang berikutnya (SMA) dan lebaran.
"Tetap kami akan menagih," tandasnya.