Jakarta â" Tak dapat dipungkiri, citra Polri kurang baik di mata publik beberapa tahun belakangan. Konfrontasi dengan KPK yang dikenal dengan sebutan Cicak vs Buaya, serta sejumlah tindakan indisipliner anggotanya membentuk persepsi negatif di mata masyrakat.
Namun demikian, wajah korps berbaju coklat itu kini telah bertransformasi seiring dengan reformasi birokrasi yang dilakukan oleh Jenderal Tito Karnavian sebagai Kapolri.
Anggota DPR RI Daniel Johan, mengapresiasi kinerja Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang dinilai berhasil membawa Polri melewati masa-masa kelam.
âKita apresiasi kepolisian karena sudah berhasil melewati dengan baik masa-masa yang penuh hiruk pikuk sehingga kondisi kebangsaan tetap kondusif sampai saat ini,â terangnya kepada Kriminalitas.com, Jumat (7/7/2017).
Mantan kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) itu dinilai telah mampu mengikis anggapan miring dari masyarakat. Terlebih dengan kondisi belakangan ini di mana aksi kejahatan seperti terorisme kerap bermunculan. Namun, dengan ketegasan aparat kepolisian, hal tersebut dapat diminimalisir.
Meski harus tegas, Daniel mengimbau kepada aparat kepolisian untuk tetap menjadi pengayom bagi masyarakat. âJadilah pengayom dan dicintai rakyat, itu tantangan besar bagi aparat kepolisian yang harus tetap diwujudkan,â tandasnya.
Tak hanya reformasi internal Polri, kebijakan kerja samanya dengan institusi lain juga diapresiasi. Hubungan Polri yang harmonis dengan penegak hukum lainnya menjadi nilai plus di mata publik.
Hal itu tergambar dari hasil survei yang dilakukan Litbang Kompas bertajuk âApresiasi Terhadap Kinerja Polri Saat Iniâ. Sebanyak 63,5 persen responden survei menyebut hubungan Polri dengan penegak hukum lain (KPK, Kejaksaan dan Mahkamah Agung) sudah baik.
Selain itu, 63,9 persen responden menyebut Polri telah profesional dalam menjalankan tugasnya. Sementara itu, kinerja secara umum, 46 persen responden menjawab kinerja Polri lebih baik dibanding tahun lalu.
Survei tersebut dilakukan dengan metode jajak pendapat melalui telepon terhadap 474 responden yang diselenggarakan pada 14-16 Juni 2017.
Responden berusia minimal 17 tahun berbasis rumah tangga dipilih secara acak bertingkat di 14 kota besar di Indonesia yaitu, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Padang, Palembang, Pontianak, Samarinda, Manado, Makassar, Ambon, dan Denpasar. Jumlah responden ditentukan secara proporsional di setiap kota. KRIMINALITAS.COM