Tagar ini ramai digunakan netizen sebagai ungkapan kegeraman atas unggahan video pemenang Police Movie Award 2017 yang sarat dengan pengaburan fakta.
Meskipun hanya sebagai ilustrasi, sebagai institusi negara resmi, Polri semestinya merekatkan dan mendekatkan jurang intoleransi yang kini menganga di publik, namun yang terjadi justru sebaliknya. Terpilihnya film "Kau Adalah Aku yang Lain" justru menunjukkan keberpihakan Polri kepada pihak yang menginginkan pecahnya konflik horizontal akibat tindak intoleransi.
Netizen yang geram menjadi sungguh heran, bagaimana film yang miskin realita bisa menang, sementara kondisi faktual di lapangan justru sebaliknya?
Tengok saja, tindakan brutal pendukung Ahok yang menyandera pegawai
Hal ini sangat kontras bila dibandingkan dengan peristiwa yang sangat menyentuh kalbu saat ada pasangan pengantin yang akan memasuki gereja Katredal Jakarta justru dipermudah dan dikawal oleh Umat Islam yang saat itu sedang melakukan Aksi Damai dengan jumlah peserta mencapai angka jutaan.
Mengapa Polri tak berani memilih video yang sejuk dan faktual agar kedamaian di Indonesia tetap terjaga dan tak ada satu pun umat yang tersakiti?
Mengapa polisi memilih film yang mencoba menggambarkan keadaan intoleransi yang fiktif?
Beranikah Polri membuat film tentang intoleransi dan kebrutalan para pendukung Ahok dan kekejaman para majikan dan cukong Cina kepada para pekerja ladang sawit misalnya?
Dari mana asal dana untuk perhelatan Police Movie Award ini?
Polisi harus bisa menjawab semua pertanyaan ini.