Oleh: Muslim Arbi
Â
Tidak ada agenda politik yang jelas hadapi pilpres 2019 sehingga harus bermanufer rangkul kekuatan Umat yang terrepresentasi dj GNPF MUI. Bisa saja itu di lakukan karena koalisi partai penguasa sudah kedodoran di berbagai laga pilkada belum lama ini. Terutama PDIP yang kader dan calon2 kepala daerah nya kalah telak di berbagai tempat.
Mestinya ini menjadi sebuah perhitungan akan kekuatan Umat yang sudah di perhitungkan oleh Penguasa yang selama ini gunakan politik bela bambu terhadap Umat Mayoritas. Tapi nyata nya kekuatan itu tidak di kelola dengan cerdas sehingga harus bertandang ke Istana.
Momen Iedul Fitri ini pun di manfaatkan maksimal oleh Jokowi untuk mencoba merangkul kekuatan Umat melalui delegasi Ustadz Bakhtiar Natsir (UBN) Cs.
Tapi, baik Jokowi maupun UBN salah hitung akan manuver mereka. Umat sudah sangat cerdas dan mahfum dengan manufer atas situasi sekarang.
Ada sejumlah hal yang mesti di hitung oleh Istana maupun GNPF MUI (UBN Cs).
1. Popularitas Presiden Joko Widodo, makin ke dodoran dengan pembelaan membabi buta terhadap Ahok dalam kasus Al Maidah 51. Dan sejumlah kasus Ahok yang di usut KPK. Meski Istana membantah. Contoh jelas nya apa? Meski di Putus salah dan di Penjara. Tapi apakah Ahok di Mako Brimob? Kalau di eksekusi Jaksa mestinya di Lapas. Bukan kah ini bentuk ketidak adilan Hukuman? Bukan ini adalah bentuk perlindungan Istana (Jokowi?). Pengadilan dan Penahanan Ahok di anggap sandiwara.
2. Umat anggap cara perlakuan istimewa Presiden Joko Widodo terhadap Mantan Wagub nya itu (Ahok), sebenar nya bisa saja untuk lindungi diri nya sendiri. Karena dalam sejumlah kasus seperti Sumber Waras dan Reklamasi serta BustransJakarta, nama mantan Walikota Solo itu santer di sebut.
3. Kriminalisasi Ulama, dan Fitnah terhadap Tokoh Senior dan Reformasi karena sikap kritis nya terhadap pemerintah dan penangkapan dan pemenjaraan sejumlah Aktifis Muslim sangat lukai hati dan perasaan Umat Islam.
4. Tiga faktor di atas pasti menggerus pencitraan yang selama ini menjadi modal besar untuk masuki Istana. Dan pencitraan itu ternyata tidak berpengaruh baik dari Istana maupun Partai2 Koalisi pendukung nya seperti (PDIP, Golkar, Nasdem, PPP, Hanura, PKB). Terutama PDIP, sebagai partai Jokowi kalah telak di berbagai Pilkada Daerah.
5. Presiden Joko Widodo dan Koalisi Partai dan pendukung nya sudah pasti akan mencari cara untuk merayu Umat dan mendekati Ulama nya. Termasuk menerima UBN dari GNPF MUI dan teman2nya. Padahal sebelum nya sangat di musuhi sekali. Umat sangat memahami itu semua.
6. Pertemuan UBN dan GNPF MUI terlihat seperti jalan sendiri dengan Agenda nya. Itu terlihat dengan di panggil nya Ustadz Sambo ketua Alumni 212 ke Jogya oleh Pak Amien Rais. Karena bagaimana pun Kriminalisasi Ulama terutama HRS dan upaya pembusukan terhadap diri Pak Amien masih saja berlangsung.
7. Apalagi setelah pulang dari Istana ada pernyataan UBN yang memuji Ekonomi Pemerintah, padahal berbagai kebijan ekonomi salah yang seret Negara ke arah kebangkrutan dan mencekik sangat di rasakan oleh Orang2 Kecil yang nota bena adalah Umat mayoritas
8. Apakah trik permainan seperti itu yang sedang di main kan oleh UBN Cs ke Istana tidak dianggap sebagai upaya adu domba dan pecah Ulama dan Umat? Apalagi sejumlah media OL Umat menyayangkan pertemuan itu. Meski ada kekecewaan dari sejumlah kalangan pendukung Jokowi tapi Umat akan lebih banyak di rugikan. Karena persatuan dan kekompakan Umat dan Ulama terpecah. Apakah trick rekonsialiasi semacam itu yang di inginkan?
9. Ada kesan kuat dari sejumlah kalangan bahwa terdapat semacam rivalitas kepemimpina Umat dalam soal gerakan dan ada upaya penggembosan terhadap kharisma HRS dengan pemunculan UBN? Hal ini mesti di jawab. Jika tidak, trik dan strategi lawan akan membongkar dan mematahkan kekuatan dan persatuan Umat dalam gerakan bela kebenaran dan Keadilan.
Depok, 3 Syawwal 1438 H/27 Juni 2017